15 Jul 2011

SKUT

Siang itu aku diajakin temen kos nonton film di 21. Emang dari kemaren seh mau nontonnya tapi di cancel mulu. Akhirnya tadi sore kesampean juga. Film yang pengen ku tonton ini tentang drama keluarga. Awal tertariknya gara-gara liat behind the scene nya yang sutradaranya mpe nangis gitu hahaha....tapi ini film emang diangkat dari kisah nyata. Kisah seorang anak/gadis belia yang menderita kanker jaringan lunak atau bahasa kerennya “Rhabdomyosarcoma”.  Sebelum diangkat menjadi film, kisah ini sudah dibuat dalam bentuk buku. Sebenarnya aku gak bisa cerita lebih banyak karena belum pernah baca bukunya. Terkadang film dengan buku agak berbeda karena biasanya disesuaikan dengan film.
Jadi ceritanya begini......
Gita Sesa Wanda Cantika atau biasa dipanggil Keke adalah seorang anak gadis belia yang saat itu masih duduk di sekolah menengah pertama (SMP). Keke berasal dari keluarga broken home. Ayah dan ibunya sudah bercerai. Keke mempunyai dua kakak laki-laki. Dan tinggal bersama ayahnya. Keke termasuk gadis yang pintar dan sangat menyukai komik jepang J.  Keke punya sahabat yang sangat sayang kepadanya. Mereka sekelas dan tergabung dalam kelompok dance disekolah. Dan pacar bernama Jodi juga sangat sayang padanya.
Mulanya keke gak tau kalau dia terkena kanker. Awalnya dia sakit mata terus sering mimisan setelah di cek ke dokter Keke divonis terkena kanker. Ayahnya Keke berusaha tidak memberi tahu tentang keadaan Keke yang sebenarnya. Keke cuma tau kalau dia sakit mata biasa. Ayahnya berusaha ke beberapa pengobatan alternatif tapi tetep gak ada perubahan malah semakin parah. Penyakit ini termasuk kanker ganas, dapat berkembang cepat selama 5 hari. Ayahnya tahu tapi tetep gak mau melakukan operasi karena operasi akan mengangkat semua jaringan dan Keke adalah seoarang perempuan. Akhirnya Keke tau kalau dia menderita kanker. Ibunya marah karena Keke gak dibawa ke dokter malah ke pengobatan alternatif. Keke dibawa ke dokter dan menjalani kemoterapi. Semangat Keke yang pantang menyerah membuatku tersentuh serta dukungan dari orang-orang sekitarnya. Keke sempat sempat sembuh beberapa bulan namun penyakitnya kambuh lagi, dan dokter memvonis bahwa kanker ini lebih kuat dari sebelumnya. Rambut Keke mulai rontok sampai akhirnya botak.
Semangat Keke yang pantang menyerah walaupun fisiknya udah melemah. Dia gak mau kalah dari penyakit. Dia ingin seperti bintang Sirius yang selalu terang dilangit walau tertutup awan. Semangatnya yang ingin menjadi terbaik. Walau fisiknya lemah sampe tuk ikut ujian dipapah temennya dia tetep ikut ujian. Setelah itu dia pingsan dan segera dibawa kerumah sakit. Dan endingnyaaa......Keke pergi untuk selama-lamanya.
Dalam sakitnya Keke menulis sebuah puisi. Eh ga tau entah puisi atau surat.
Surat Kecil Untuk Tuhan

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya..

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh, agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan
kepada ayah dan sahabat-sahabatku

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup
kepada siapapun yang mengenalku..

Tuhan ..
Surat kecil-ku ini
adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…

Ke dunia yang Kau berikan padaku..


In memorial
Gita Sesa Wanda Cantika


Wateva!!! Yang jelas ini film sudah menguras air mataku :’( . Satu kalimat yang tertanam dikepalaku. Kalau kita meninggal suatu hari nanti, sperti apakah kita ingin dikenang??? Hmmm (gak nyambung ya heheh,,,,). Selamat menonton deh yar gak penasaran. Filmnya lumayan bagus dan banyak pesan moralnya. Dan mari kita berburu bukunyaaaaaa J (Maap bukan promosi loh ya).

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 CAPING
Theme by Yusuf Fikri